Pages

Khutbah Idul Fitri

Minggu, 28 Agustus 2011

KHUTBAH IDUL FITRI
DENGAN SEMANGAT RAMADHAN DAN IDUL FITRI  1430 H.
KITA BANGUN MASYARAKAT  YANG  RUKUN, DAMAI, DAN  SEJAHTERA
OLEH:  DR. H. FUAD THOHARI, MA

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر  الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر  الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر
كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا, لا إله إلا الله وحده, صدق وعده, ونصر عبده, وأعز جنده, وهزم الأحزاب وحده, لا إله إلا الله ولانعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون. .أشهد أن لاإله إلاالله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعبن.  أما بعد فيا أيها الحاضرون, اتقوا الله أوصيكم وإياي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون قال الله تعالى       في كتابه الكريم أعوذ با لله من الشيطان الرجيم:
وَاعْتَصِمُوابِحَبْلِاللَّهِجَمِيعًاوَلَاتَفَرَّقُواوَاذْكُرُوانِعْمَةَاللَّهِعَلَيْكُمْإِذْكُنْتُمْأَعْدَاءًفَأَلَّفَبَيْنَقُلُوبِكُمْ  فَأَصْبَحْتُمْبِنِعْمَتِهِإِخْوَانًاوَكُنْتُمْعَلَىشَفَاحُفْرَةٍمِنَالنَّارِفَأَنْقَذَكُمْمِنْهَا\
كَذَلِكَيُبَيِّنُاللَّهُلَكُمْءَايَاتِهِلَعَلَّكُمْتَهْتَدُونَ
وقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Jama'ah Sholat 'Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Pada pagi ini, Ahad 1 Syawal 1430 H / 22 September 2009 M, kita kembali melaksanakan ibadah sholat Idul Fitri dalam keadaan sehat wal ‘afiat, setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Kita perlu mengevaluasi diri (muhasabah) secara jernih dan objektif, serta berupaya sungguh-sungguh, agar amal ibadah yang telah kita laksanakan mendapatkan ridla Allah SWT dan memiliki nilai limpah pasca bulan Ramadhan tahun  ini. Amin.
Shalawat dan salam tidak lupa kita sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah, ajaran, dan pesan perdamaian sebagai rahmat bagi semsta alam..

Hadirin/hadirat Jamaah Shalat Idul Fitri yang berbahagia
Pada hari ini tentu kita semua merasa lega dan bahagia, karena atas izin Allah SWT selama bulan Ramadhan yang lalu, kita  berhasil mengendalikan bisikan hawa nafsu dengan melakukan serangkaian ibadah mahdlah dan ghairo mahdlah, seperti: shalat tarawihtadarus Al Qur’ani’tikaf, sedekah, zakat, dan sebagainya.
Dengan berkah  puasa Ramadhan selama satu bulan penuh, semoga kita kembali mendapatkan  fitrah (kesucian) laksana bayi yang baru dilahirkan ibunya. Kesucian dan  fitrah diri ini, diharapkan dapat memancarkan aura positif, perasaan, pikiran, sikap, dan tindakan yang bersih dalam berbagai segi kehidupan.
Hadirin/hadirat Jamaah Shalat Idul Fitri yang berbahagia
Di hari yang berbahagia dan fitri ini, kita dianjurkan menyebut nama Allah dengan mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil serta mengerjakan shalat sunnah. Inilah yang dinyatakan Allah SWT dalam firman-Nya Surah al-A’la sbb.:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (15)
Sesungguhnya Beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu ia bersembahyang.

Dalam suasana bahagia, sebagai muslim hendaknya kita saling mendoakan; mudah-mudahan kita semua termasuk orang yang kembali ke dalam fitrah kesucian dan  beruntung sebagai pemenang. Iman Ahmad meriwayatkan  tentang perilaku para sahabat Rasulullah ketika bertemu sesamanya pada hari I’dul Fitri,  mereka mengucapkan:
تقبل الله منا ومنكم تقبل ياكريم  من العائدين والفائزين كل عام وأنتم بخير
Mudah-mudahan Allah SWT menerima amal kami dan amal anda, semoga kita termasuk orang-orang yang kembali (kepada fitrah) dan orang-orang yang beruntung, semoga anda dalam kebaikan sepanjang masa.

Jama'ah Sholat 'Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Bulan Ramadhan yang penuh keistimewaan  telah berakhir. Wajar bila di antara bapak dan ibu yang gemar beribadah, yang gemar melakukan investasi amal, ada yang merasa sedih ditinggalkan Ramadhan. Rasulullah saw  bahkan mengingatkan:
لو تعلم أمتى ما في رمضان لتمنوا أن تكون هذه السنة كلها رمضان
Sekiranya umatku mengetahui keistimewaan Ramadhan, mereka akan mengharap agar semua bulan dalam setahun dijadikan Ramadhan……..
Jama'ah Sholat 'Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Selama bulan Ramadhan, kita digembleng untuk Zakat, Infaq, dan Shadaqah. Rasulullah menegaskan dalam sabdanya,
خير الصدقة الصدقة في رمضان
Sedekah terbaik adalah sedekah di bulan Ramadhan
Pertanyaannya kemudian, apakah kita sanggup melestarikan semangat untuk zis di bulan-bulan lain di luar bulan Ramadhan? Bukankah kita sudah berkali–kali melewati bulan Ramadhan, tetapi nyatanya umat Islam yang dililit  kemiskinan, kenapa kian hari makin bertambah? Kita akhir-akhir ini seringkali melihat pemandangan yang menyedihkan: (1) Rakyat Indonesia berbondong-bondong ngantri mendapatkan  jatah BLT. Bukankah kita yakin, mayoritas di antara mereka yang ngantri itu umat Islam? (2) Di Pasuruan Jawa Timur, setahun  yang lalu, beribu-ribu kaum fuqara’ dan masakin yang kebanyakan kaum ibu, rela berdesak-desakan untuk mendapatkan Zakat yang nilainya tidak seberapa. Di luar dugaan,  pembagian zakat  itu menelan korban 21 jiwa,  (3) Tidak itu saja, bahkan di Malang Jawa Timur,  ada  Wihara yang secara khusus memberi ifthar umat Islam, selama bulan Ramadhan.
Semuanya ini makin mengukuhkan fakta, jumlah rakyat miskin di Indonesia nyatanya semakin hari semakin bertambah banyak. Kalau demikian keadaannya, kemenangan 1 Syawal bagi fuqara’ dan masakin hanyalah kemenangan semu. Padahal Rasulullah bersabda, “Bila Orang Islam yang Kaya mau  membayar zakat---pasti tidak ada tetanggamu yang bertelanjang dada, pasti tidak ada tetanggamu yang perutnya buncit kurang makan”.
Jama'ah Sholat 'Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Nampaknya, di tengah suasana bahagia di hari Idul Fitri ini, kita tidak boleh lupa terhadap saudara, tetangga, dan anak-anak bangsa yang kurang beruntung. Kita juga tidak boleh melupakan  sejumlah masalah nasional yang menimpa negeri tercinta ini dalam beberapa tahun terakhir, seperti: banjir bandang, bencana anak-anak yang terkena  polio, gizi buruk, busung lapar, demam berdarah, flu burung, dan flu Babi.
Dalam kehidupan bangsa Indonesia yang sedang menghadapi krisis multidimensi ini, semua pihak harus memiliki ”sense of crisis’ bahwa kemiskinan dan keterbelakangan telah menghimpit hampir separuh warga bangsa kita. Bukan masyarakat kelas bawah saja yang menderita, bahkan lapisan masyarakat menengahpun telah terkena dampaknya. Kemiskinan yang melanda masyarakat Indonesia merupakan ujian Allah SWT agar kita bersama pemerintah dan para pemimpin berupaya maksimal mengentaskan kemiskinan sesuai kemampuan kita. Satukan kekuatan dan potensi umat untuk membangun bangsa dari lilitan kemiskinan.
Jama'ah Sholat 'Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Selama bulan Ramadhan, kita digembleng untuk  kembali kepada Al-Qur’an, “Tadarrus Al-Qur’an”. Saya yakin, diantara  bapak dan ibu yang hadir di sini, ada yang bisa hatam 1, 2, atau bahkan 5 kali. Pertanyaannya kemudian, apakah kondisi yang sama bisa kita jalankan di bulan lain   di luar Ramadhan? Bagaimana dengan kualitas bacaan dan pemahaman kita terhadap Al-Qur’an? Bukankah  setelah bulan Ramadhan berlalu meninggalkan kita, seringkali  al-Qur’an hanya dijadikan pajangan, dibiarkan kumal berdebu, dan tidak pernah disentuh lagi? Akibatnya, banyak umat Islam yang tidak bisa memahami  Al-Qur’an, dan kemudian  al-Qur’an sebagai hukum Allah itu tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sungguh, ini merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Wajar, akibat kelakuan umat Islam seperti itu,  Allah SWT kemudian menurunkan musibah dan azab di negara kita, karena berani melecehkan Al-Qur’an. Allah berfirman
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى(124)قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا(125)قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ ءَايَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى


Jama'ah Sholat 'Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Selama bulan Ramadhan, kita biasa melakukan Qiyamu Ramadhan, mulai Sholat Tarawih/Witir/I’tikaf) dan lain-lain.   Pertanyaannya kemudian, apakah kita bisa menjaga kualitas dan kuantitas sholat kita di bulan-bulan lain seperti halnya di bulan Ramadhan? Bukankah kita sudah sholat, umat Islam Indonesia juga sudah sholat, tetapi mengapa    di mana-mana terjadi mungkarat dan fakhsyak, seakan-seakan sholat yang kita lakukan itu tidak ada auranya? Bukankah para koruptor itu sudah sholat, para pembunuh itu juga sudah sholat, bahkan orang-orang yang meledakkan bom itu juga sudah sholat? Tetapi, mengapa sholat yang mereka lakukan itu tidak bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana dinyatakan dalam surat al-‘Ankabut
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

Yang meleset itu  janji Allah, atau yang tidak beres sholat kita? Menyatakan janji Allah itu meleset, merupakan pernyataan yang kurang ajar. Mangapa?
إن الله لايخلف الميعاد
Allah tidak pernah mengingkari janji-janjinya.
Untuk itu, kita harus mawasdiri,  jangan–jangan, sholat yang kita lakukan itu tidak memancing datangnya ridha Allah,  sebagaimana kita pinta dalam do’a kita setelah sholat witir:
اللهم إنا نسئلك رضاك والجنة........
Tetapi justeru menyebabkan turunnnya ويل الله..  sebagaimana dinyatakan Allah dalam  surat al-Ma’un! Ingat, gemblengen Ramadhan mestinya mendorong kita untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas sholat kita. Agar kita makin sholeh dan toleran.
Jama'ah Sholat 'Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Selama bulan Ramadhan, kita  telah digembleng untuk sabar menahan nafsu-syahwat dan sabar menahan  amarah dan angkara murka.  Pertanyaannya kemudian, sanggupkah kita jaga sikap sabar dan tahan emosi itu di bulan lain di luar Ramadhan? Bukankah sekarang ini kita sering mendapati anak-anak negeri ini, hanya karena: (1) Beda Qunut/Tahlil,  mereka  tidak mau akur dan  tegur sapa?  (2) Beda menentukan 1 Syawal, mereka saling mengkafirkan? (3) Mereka Demo, yang katanya demo itu untuk membela kemuliaan agama, mengapa    dilakukan anarkis dan merusak fasilitas umum? Kita  telah dilatih untuk menahan  amarah selama bulan Ramadhan, tetapi  mengapa    di beberapa daerah, gara-gara jagonya kalah dalam pilkada, mereka  ribut, marah, dan ngamuk?
Ingat, gemblengan Ramadhan kali ini harus menjadi bekal kita dalam  berdemokrasi dan berpolitik, yang faktanya dalam umat Islam sendiri ada puluhan partai. Janganlah kita mudah diperdaya syaitan, dipecah-belah, diadu domba yang  semuanya itu justeru banyak mengurus energi kita. Kita malah  sibuk untuk mendirikan  bermacam-macam partai, yang faktanya antar umat Islam sendiri seringkali menjadi tidak akur, berantem, dan saling fitnah. Bukankah Allah SWT  mengingatkan,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,

Bagaimana kita menerapkan firman Allah ini? Kita boleh beda ormas, kita boleh beda partai, kita boleh beda calon presiden, tetapi yang harus kita camkan,  kita tetap harus bersatu di bawah panji-panji Islam. Sadarlah wahai saudaraku,  umat Islam sekarang ini seperti hidangan lezat yang siap mereka santap. Mereka begitu  bersemangat untuk mumurtadkan anak-anak kita.
Islam seperti buih, Islam tidak lagi punya wibawa di mata pemeluk agama lain, akibat banyak diantara kita yang  حُبُّ الجاه و الْحَيَاةِ gila jabatan, gila pengaruh, dan membabi buta  dalam memburu mewahnya kehidupan duniawi, dan pada saat yang sama, kita ini justeru   كَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ    benci kematian. Umat Islam banyak yang kena virus al-wahn, gila jabatan, gila pengaruh, dan membabi buta  dalam memburu mewahnya kehidupan duniawi, dan pada saat yang sama, kita ini justeru   كَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ    benci kematian.
Nampaknya, realitas ini sejalan dengan nubuat al-rasul Muhammad saw sebagaimana dinyatakan dalam sabdanya sebagai berikut:
سنن أبي داود - (ج 11 / ص 371)
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Jama'ah Sholat 'Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Salah satu misi utama diutusnya Rasulullah SAW di muka bumi ini adalah untuk menyebarkan rasa kasih sayang, kerukunan, dan kedamaian. Suasana damai itu tidak hanya terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap makhluk Allah lainnya, seperti: binatang, tumbuh-tumbuhan, air, bumi, dan sebagainya. Misi perdamaian ajaran Islam juga tercermin dalam kata ”Islam” itu sendiri, yang secara harfiyah (literal)  berarti selamat, sejahtera, aman, dan damai.
Kita harus menyadari, respon defensif dengan menyatakan, Islam itu berarti ”salam” (damai) saja tidak cukup. Setiap individu muslim harus membuktikan tidak hanya dengan perkataan, tetapi lebih penting lagi dengan amal perbuatan bahwa Islam dan kaum muslimin adalah cinta damai dan betul-betul berorientasi menuju ke ”Dar al-Salam” dengan cara-cara yang damai. Menegakkan amar ma’ruf nahy munkarmerupakan perintah Islam; tetapi nahyu munkar harus dilakukan dengan cara-cara yang ma’ruf, yakni cara yang baik, damai, persuasif, penuh hikmah, bijak, dan pengajaran yang baik, bukan dengan cara-cara yang didalamnya justru mengandung kemungkaran, seperti pemaksanaan, kekerasan, apalagi terorisme.
Harus diakui, memang masih ada segelintir orang yang kebetulan beragama Islam melakukan tindakan kekerasan yang dapat dikatagorikan sebagai ”terorisme”. Terorisme tidak lain merupakan  tindakan kekerasan untuk menciptakan rasa ketakutan yang meluas dalam masyarakat dan dapat menimbulkan jatuhnya  korban secara tidak pandang bulu (indiscriminate)”. Bahkan anehnya, karena pandangan yang sempit, tindakan kekerasan itu tidak jarang diklaim sebagai  bagian dari ”jihad fisabilillah”.
Pemberian justifikasi keagamaan atas keadaan kekerasan ini jelas keliru. Karena, sesungguhnya hampir semua ulama sepakat bahwa jihad sah hanya sebagai usaha ”bela diri (difa’iy), bukan agresi (ibtida’iy) yang melewati batas.  Jihad yang sah hanya bisa dijustifikasi  dan dinyatakan pemimpin dan ulama yang legilimate, bukan ditentukan  segelintir orang. Bahkan, jika jihad itu terpaksa dimaklumkan mereka yang memiliki otoritas, itupun tidak boleh dilakukan atas dasar (tendensi)  kemarahan dan kebencian yang membuat para pelakunya mengabaikan keadilan. Allah SWT dengan nada serius mengingatkan dengan  Firman-Nya:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Dan Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (QS Al Baqarah/2:190)
Selanjutnya Allah SWT juga berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al Maidah/5: 8)
Karena itulah, dalam usaha membuktikan bahwa Islam merupakan agama perdamaian, setiap muslim harus damai di dalam dirinya sendiri, tidak dikuasai hawa nafsu, amarah, dan kebencian. Untuk berdamai dengan diri sendiri, setiap muslim harus hidup damai dengan Tuhan-Nya, dan harus betul-betul menyerahkan diri (taslim) kepada Allah SWT. Ia harus meninggalkan seluruh hawa nafsu angkara murka, tidak boleh merasa paling benar, dan tidak boleh memaksa orang lain dengan kekerasan untuk tunduk kepadanya. Hanya dengan mewujudkan perdamaian dalam diri masing-masing, perdamaian di antara manusia dan lingkungan hidup dapat diciptakan. Allah SWT  berfirman dalam surat al-Fath, sbb.:
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Dialah (Allah) yang telah menurunkan ketenangan, kedamaian (Sakinah) kedalam hati orang-orang mukmin. Supaya keimanan mereka bertambah, disamping keimanan mereka (yang telah ada), (QS. Al Fath:4)

Jama'ah Sholat 'Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Kita dilahirkan di zaman akhir, kita bukan Nabi, kita bukan Rasul, tetapi manusia biasa yang sering kali alpa, khilaf,  dan berbuat salah. Kesalahan dengan Allah ditutup dengan taubat, (menyesali, menarik, dan berjanji tidak mengulangi lagi). Kesalahan dengan sesama, (dosa sosial), hanya dengan minta dimaafkan dan dihalalkan. Jangan sampai kita menjadi orang "muflis" alias bangkrut.
صحيح مسلم - (ج 12 / ص 459)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Kalau kita ini menjadi pejabat, RT, RW, Camat, Menteri dan bahkan presiden, wajib bagi semua pejabat itu untuk meminta maaf kepada warga atau rakyatnya.

Jama'ah Sholat 'Idul Fitri Yang Dimulyakan Allah
Perayaan Idul Fitri  agar mengantarkan  diri kita kembali mendapatkan fitrah kesucian, mestinya diisi dengan:
Pertama, Halal- bihalal, saling memaafkan. Jangan sampai kita marahan atau mendiamkan orang lain  lebih dari tiga hari. Rasulullah saw bersabda,
لا يحل لمسلم أن يهجر أخاه فوق ثلاث
Kedua, Melakukan silaturrhami dengan famili (bapak, ibu), saudara, kawan-kawan, guru-guru kita, dan kerabat dekat, untuk minta maaf dan dihalalkan. Jangan malah terbalik, mendahulukan silaturraihm dengan kakek moyang yang tidak jelas hubungan nasabnya; pergi ke Ragunan, ke Ancol, dll. Insya Allah, silaturrahim itu akan menambah keberkahan rizki dan umur kita, sebagimana dinyatakan Rasulullah saw., sbb.:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Ketiga, jangan sekali-kali Idul Fitri ini dirayakan dengan cara yang haram dan dimurkai Allah, sebagaimana dilakukan orang Arab Jahiliyah dulu, misalnya dengan pesta miras dan narkoba, atau pesta pora yang melanggar syari’at Allah.
Hadirin Sidang Idul Fitri Rahimakumullah
Akhirnya,  saya ucapkan, “Selamat meraih kemenangan Idul Fitri 1430 H”.:
من العائدين والفائزين كل عام وأنتم بخير.أمين يارب العالمين
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita sama-sama berdo’a,
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين وارض عنا معهم برحمتك     يا أرحم الراحمين.
-  اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات, والمسلمين والمسلمات, الأحياء منهم والأموات, إنك قريب مجيب الدعوات. رَبناِّ أَوْزِعْنِا أَنْ نشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَينا وَعَلَى وَالِدَينا وَأَنْ نعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلِْنا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ النمل\19:27):
-  ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين أمنوا ربنا إنك رءوف الرحيم. سبحان ربك رب العزة عمايصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Dr. H. Fuad Thohari, M.A, dilahirkan di Ngawi, Jawa Timur, Senin 15 Muharrom  1390 H.,
bertepatan 23 Maret 1970. Alumnus Pesantren  Al-Falah Ploso  di Kediri (1989-1992),
menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Tafsir-Hadis   Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta (1997), menyelesaikan S2 konsentrasi Tafsir-Hadis UIN Jakarta (1999),
dan program Doktor di Pascasarjana (S3)  di UIN Jakarta (2008).
Sehari-hari aktif sebagai dosen tetap Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta  (sejak 2000),  Pengajar Tafsir di Masjid  Ar-Raudhah Nusa Indah Ciputat, Pengajar Tafsir di Masjid Nurul Hilal Blok S  Keb. Baru, Pengajar Tafsir di Majlis Ta’lim Khairun Nisa’ Blok M Keb. Baru,   Pengajar Kajian Islam di Msjid                  Al-Falah, Bonavista Lebek Bulus, Pengajar Kajian Intensif YISC Al-Azhar Kebayoran Baru,   pemateri  kuliah Dhuha di Masjid Raya Bintaro dan Masjid At-Tin TMII,  pengajar di PTIQ Jakarta, STDQ Jakarta,  dan pengajar Pendidikan Dirasat al-Ulya(PDU) MUI DKI Jakarta.
Sebagai Nara Sumber seminar di beberapa lembaga dan Talk Show   di beberapa Radio  Jakarta   (Music City FM, CBB FM, MsTri FM,  Ras FM,  Ben’s Radio, dan HardRock FM),  Nara Sumber dalam acara Rekaman Hidup Halal di TVRI.
Alumni Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI DKI Jakarta angkatan II (1994-1996)
dan Pendidikan Kader Ulama PKU tingkat Nasional mewakili  MUI DKI Jakarta (tahun 1997).
Semasa kuliah di S1 UIN Jakarta, aktif di organisasi intra dan ekstra kurikuler.
Sekarang diamanati sebagai  Sekretaris MUI DKI Jakarta, Bidang Akademik Pendidikan Dasar Ulama (PDU) MUI DKI Jakarta, anggota Senat Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta, Koordinator Departemen Advokasi Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia  (PUSKUM-HAM) 2004-2008,  Ketua Dewan Penasehat Yayasan Masjid Raya Villa Inti Persada (VIP) Jl. Raya Ciputat-Sawangan,  Konsultan Pengembangan Pesantren    Al-Hamid Cilangkap, Dewan Penasehat STAI BUSTANUL ‘ULUM, Jayasakti  LAMPUNG TENGAH, konsultan Perpustakaan Digital P.P. Arba’I Qohhar, di Ngawi Jawa-Timur. Anggota TIPHI          (Tim Independen Pemantau Haji Indonesia)  2008-2010.
Tulisannya mendekati tiga lusin artikel, dimuat  di: Media Indonesia, Jawa Pos,   Waspada, Padang Ekspres, Jurnal Ahkam Fakultas Syari’ah dan Hukum, Jurnal International Depag RI, Wawancara tentang Zakat (www.beoscope.com/www.perspektifbaru.com).
Selain itu pernah menjadi Sekretaris Redaksi Revisi Ensiklopedi Islam Depag  RI 1993   dan kontributor Entry  (berjumlah 4 jilid), Sekretaris Redaksi majalah Info Ulama (MUI DKI Jakarta),
Tim Penulis buku Haji I berjudul: Makna Dan Nilai Utama Dalam Ibadah Haji (diterbitkan Biro Haji DKI Jakarta 2003), buku Haji II  berjudul:Problematika Ibadah Haji dan Solusinya (diterbitkan  Biro Haji DKI Jakarta 2004), Fiqh Progresif, Menjawab Tantangan Modernitas(diterbitkan FKKU MUI DKI Jakarta    bulan November  2003),  Tim Revisi Buku Fatwa MUI DKI Jakarta 1975-2002 (terbit 2004),     penelitian individual di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Jakarta berjudul:    Terminologi Objek Dan Sobjek Dalam Literatur Fiqh Syafi’I (2003),     penelitian kolektif di PUSKUM HAM  berjudul:  Perlindungan Pribadi Terhadap Pemberitaan Kriminal     Pada Media TV Ditinjau dari UU Penyiaran dan HAM (2004). Pada tahun 2005 ini melakukan penelitian  Radikalisme Gerakan Mahasiswa dan Takhrij Hadis Syarh Fath al-Mu’in. Pada tahun 2007 ini menjadi tim penulis buku: Gubernur  Sutiyoso Di Mata Ulama;  Pada tahun  2008 menulis buku Khutbah, Islam dan Terorisme,Buku: Deradikalissi Al-Qur’an, Editor buku, Istigahasah dalam Perspektif as-Sunnah, Pada tahun  2009, menulis buku: Khutbah Seputar Haji,Panduan Menyikapi Musibah, Memanusiakan Manusia, dll. (diterbitkan MUI DKI Jakarta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar